Pendahuluan
Sebagai orang-orang percaya kepada Tuhan, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ibadah. Bahkan bagi semua umat beragama dan yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan,istilah ibadah adalah istilah yang tidak asing lagi bagi mereka.
Sesungguhnya apakah arti ibadah itu?
Kata ibadah, adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama yaitu " avodah" atau "abodah". Dalam bahasa Indonesia, kata itu menjadi "ibadah" atau "ibadat". Kedua kata ini memiliki arti yang sama. Bandingkan dengan kata yang lain seperti "amanah" dan "amanat".
Dalam bahasa Indonesia, kata ibadah diartikan sebagai :"perbuatan untuk menyatakan bhakti kepada Allah,yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya." Dalam PL kata ibadah lebih menekankan pada upacara-upacara keagamaan yang dilakukan sebagai bentuk penyembahan dan wujud bakti manusia kepada Allah pencipta.
Dalam PB, kata ibadah memakai kata"latreia" yang berarti pelayanan. Jadi dalam PB, makna ibadah semakin meluas, bukan saja merujuk pada perbuatan-perbuatan keagamaan ( yang dalam bahasa sekarang lebih dikenal sebagai kebaktian dan sejenisnya), tetapi ibadah dalam PB juga menunjuk kepada segala bentuk pelayanan, dan usaha-usaha yang kita lakukan sebagai wujud pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
Ibadah, baik dipahami dalam konsep PL maupun PB harus dilakukan dengan sikap yang benar.
Sikap yang benar dalam beribadah.
Ada beberapa siap yang harus dimiliki dalam beribadah kepada Allah. Dalam bacaan kita dari 1 Timotius 2:8-15, sikap-sikap itu adalah :
Pertama, Beribadah dengan ketulusan dan tidak dengan kebencian ( ayat 8)
1 Timotius 2:8"Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan."
Perhatikan juga
Yosua 24:14
" oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.
Ibrani 10:22
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hatiyang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Hampirilah Allah dengan ketulusan, bukan dengan kepura-puraan apalagi kebencian terhadap orang lain.
Kedua: Berpenampilan sopan dan sederhana ( ayat 9-10)
1 Timotius 2:9-10" Demikianlah juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan yang baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Paulus menekankan agar para wanita menjaga kesopanan dan kesederhanaan.
Pakaian kita akan menyatakan siapa kita.
Mari kita jaga agar penampilan kita dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita, terutama yang belum percaya.
Ketiga: Berdiam diri dan patuh menerima ajaran ( ayat 11)
Ada beberapa siap yang harus dimiliki dalam beribadah kepada Allah. Dalam bacaan kita dari 1 Timotius 2:8-15, sikap-sikap itu adalah :
Pertama, Beribadah dengan ketulusan dan tidak dengan kebencian ( ayat 8)
1 Timotius 2:8"Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan."
Perhatikan juga
Yosua 24:14
" oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.
Ibrani 10:22
"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hatiyang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Hampirilah Allah dengan ketulusan, bukan dengan kepura-puraan apalagi kebencian terhadap orang lain.
Kedua: Berpenampilan sopan dan sederhana ( ayat 9-10)
1 Timotius 2:9-10" Demikianlah juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan yang baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Paulus menekankan agar para wanita menjaga kesopanan dan kesederhanaan.
Pakaian kita akan menyatakan siapa kita.
Mari kita jaga agar penampilan kita dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita, terutama yang belum percaya.
Ketiga: Berdiam diri dan patuh menerima ajaran ( ayat 11)
1 Timotius 2:11;"Seharusnya perempuan perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh."
Pada masa itu, kebanyakan kaum perempuan tidak mendapatkan pengajaran yang cukup dalam bidang keilmuan termasuk pengetahuan akan firman TUHAN. Sementara pengajaran sesat telah berkembang dan memanfaatkan kekurangpemahaman kaum perempuan ini untuk menyebarkan beritanya. Akibatnya, tidak sedikit perempuan yang tidak bertindak dan berbicara benar, sesukanya tanpa penghargaan dan ketundukan termasuk kepada laki-laki . Berdiam diri dan patuh dalam hal ini bukan larangan total bagi perempuan untuk hadir dalam pertemuan jemaat atau mengajar (12). Perempuan pada masa itu disarankan untuk berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan menanyakan sesuatu hal tentang pengajaran kepada suaminya di rumah, sebagai kepala keluarga (1Tim. 3:4; 1Kor. 14: 34-35). Bagaimanapun, laki-laki memegang otoritas yang lebih tinggi sebagai manusia yang pertama diciptakan dan mendengarkan penugasan dari Allah (13-15). Di kemudian hari, setelah perempuan lebih terpelajar, beberapa wanita ikut memberitakan Injil (Fil. 4:2-3).
Penutup
TUHAN mengingatkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan ketulusan, tanpa keinginan jahat; berpenampilan yang sopan, tetapi sederhana. Orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan ibadah harus memiliki pemahaman yang benar dan menghormati ordinasi yang telah TUHAN tetapkan sejak awalnya. Lakukanlah ibadah seturut kehendak TUHAN, bukan kehendak atau motivasi pribadi.
Pada masa itu, kebanyakan kaum perempuan tidak mendapatkan pengajaran yang cukup dalam bidang keilmuan termasuk pengetahuan akan firman TUHAN. Sementara pengajaran sesat telah berkembang dan memanfaatkan kekurangpemahaman kaum perempuan ini untuk menyebarkan beritanya. Akibatnya, tidak sedikit perempuan yang tidak bertindak dan berbicara benar, sesukanya tanpa penghargaan dan ketundukan termasuk kepada laki-laki . Berdiam diri dan patuh dalam hal ini bukan larangan total bagi perempuan untuk hadir dalam pertemuan jemaat atau mengajar (12). Perempuan pada masa itu disarankan untuk berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan menanyakan sesuatu hal tentang pengajaran kepada suaminya di rumah, sebagai kepala keluarga (1Tim. 3:4; 1Kor. 14: 34-35). Bagaimanapun, laki-laki memegang otoritas yang lebih tinggi sebagai manusia yang pertama diciptakan dan mendengarkan penugasan dari Allah (13-15). Di kemudian hari, setelah perempuan lebih terpelajar, beberapa wanita ikut memberitakan Injil (Fil. 4:2-3).
Penutup
TUHAN mengingatkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan ketulusan, tanpa keinginan jahat; berpenampilan yang sopan, tetapi sederhana. Orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan ibadah harus memiliki pemahaman yang benar dan menghormati ordinasi yang telah TUHAN tetapkan sejak awalnya. Lakukanlah ibadah seturut kehendak TUHAN, bukan kehendak atau motivasi pribadi.
SEKILAS INFO
Ingin mendapatkan materi ini dalam format powerpoint?
Silakan ajukan permintaan via SMS atau WA ke.0897 3527 437
Silakan ajukan permintaan via SMS atau WA ke.0897 3527 437
Materi kami kirim secara CUMA-CUMA via WA atau email.
Salam saya
Pdt. Hosea Agus Susanto
( Alumni Sekolah Alkitab Batu Angkatan 47, STT Doulos Jakarta, STT SALATIGA, STMiss YOGYAKARTA )
LINK INFORMASI PENTING
0 komentar:
Posting Komentar