Ayat Pokok:
"maka menyesallah Tuhan , bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."
(Kejadian 6:6)
Pendahuluan
Banyak orang berpikir bahwa Allah itu jauh dan tidak peduli. Tapi ayat ini memperlihatkan sisi Allah yang berduka dan tersentuh oleh dosa manusia.
Saat seseorang yang kita kasihi mengecewakan kita, kita merasa sangat sedih. Demikian juga Tuhan sedih melihat manusia jatuh dalam kejahatan.
Pokok Pembahasan
1. Allah yang Berduka, Bukan Allah yang Tak Peduli
Kata “menyesal” bukan berarti Tuhan melakukan kesalahan, tetapi menunjukkan perasaan duka dan kesedihan Allah terhadap manusia yang terus-menerus berbuat dosa.
Allah bukan pribadi yang dingin—Dia memiliki hati yang peduli dan tersentuh.
2. Kejahatan Manusia Melukai Hati Allah
Latar belakang pasal ini menjelaskan kondisi manusia yang sangat jahat: pikiran mereka selalu membuahkan kejahatan (Kej. 6:5).
Ini menunjukkan bahwa dosa tidak hanya berdampak horizontal (antar manusia), tetapi juga melukai hubungan vertikal (dengan Tuhan).
3. Hati Tuhan yang Rindu Pertobatan
Meskipun Allah sedih, Dia tetap menyediakan jalan keselamatan melalui Nuh.
Ini menunjukkan kasih karunia Allah yang tetap bekerja di tengah-tengah penghakiman.
Aplikasi untuk Kita Sekarang
Introspeksi diri: Apakah hidup kita membuat Tuhan bersukacita atau berduka?
Hidup dalam pertobatan: Tuhan merindukan pertobatan sejati, bukan sekadar ritual rohani.
Menjadi pembawa penghiburan bagi hati Tuhan: Dengan hidup benar, kita “menyenangkan” hati-Nya seperti Nuh (Kej. 6:8).
Ilustrasi:Anak yang Terjatuh dalam Kenakalan
Seorang ayah mendidik anaknya dengan baik. Tapi saat anak itu remaja, ia terjerumus dalam narkoba dan pergaulan buruk. Bukan kemarahan yang pertama-tama muncul di hati sang ayah, melainkan kesedihan mendalam.
Sang ayah berkata, “Bukan karena kamu gagal jadi anak yang baik, tapi karena kamu lupa betapa kamu dikasihi.”
Demikian pula Tuhan—kesedihan-Nya lahir dari kasih-Nya.
Penutup
Kejadian 6:6 bukan hanya tentang murka Tuhan, tetapi tentang kesedihan-Nya karena kasih-Nya yang ditolak. Mari kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa menghargai anugerah Tuhan dengan senantisa hidup dalam kebenaran agar hati Tuhan senantisa disenangkan melalui sikap hidup kita dari sehari-kesehari.'
TUHAN YESUS MEMBERKATI !
Jangan membuat hati Tuhan berduka dengan hidup dalam dosa. Sebaliknya, mari kita hidup seperti Nuh yang berkenan kepada Tuhan.
“Mari hidup dengan kesadaran bahwa setiap perbuatan kita bisa menyenangkan atau melukai hati Tuhan.”








0 komentar:
Posting Komentar