Rabu, 18 Maret 2020

PERNIKAHAN ADALAH KEMATIAN

Ayat Pokok:
"Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan.Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana. Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
(Matius 19:1-9)
Pendahuluan
Pernikahan adalah peristiwa yang menggembirakan. Betapa tidak, hari-hari pernikahan seperti saat ini adalah hari yang sangat dinanti-nantikan oleh semua orang, apalagi oleh kedua calon mempelai yang sebentar akan diteguhkan sebagai pasangan suami istri. Itu sebabnya biasanya khotbah-khotbah dalam pernikahan biasanya juga adalah hal-hal yang menggembirakan
Itu sebabnya ketika mendengar judul khotbah kali ini yaitu” Pernikahan adalah kematian” mungkin banyak diantara kita yang bertanya-tanya. Mengapa dikatakan bahwa pernikahan adalah kematian.

Pernikahan adalah kematian dari keegoisan.

Inilah sebetulnya yang ingin saya sampaikan pada  hari ini yaitu bahwa pernikahan adalah awal kematian dari keegoisan. Pernikahan adalah ikatan dan janji dua pribadi yang kemudian menjadi satu.

Dalam  Matius 19:4-6 dituliskan; “Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Ketika sepasang kekasih menyatakan diri masuk dalam pernikahan, maka sejak itu, mereka bukan lagi dua tetapi satu adanya. Itulah sebabnya, sepasang kekasih harus berusaha menanggalkan keegoisan masing-masing. 

Kesatuan dalam pernikahan  itu meliputi  kesatuan tubuh, jiwa dan roh. Kesatuan tubuh itu dibuktikan dengan masing-masing menyadari bahwa tidak ada yang perlu ditutup-tutupi  lagi diantara mereka berdua. Dalam Kejadian 2:24-25 disana dicatat, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. 

Kesatuan tubuh juga dibuktikan dengan masing-masing menyadari bahwa apa yang dirasakan oleh suami, akan juga dirasakan oleh isteri, demikian juga sebaliknya. Oleh karenanya suami dan isteri harus saling menolong dan bekerja sama.
Kesatuan jiwa dibangun dengan saling meningkatkan keintiman melalui komunikasi yang efektif. Dengan demikian, suami akan semakin mengenal isteri dan demikian pula sebaliknya. Konflik seringkali terjadi karena masing-masing pihak tidak mengenal pasangannya dengan baik. Dan hal ini dibutuhkan usaha yang terus-menerus untuk dapat mengenal pasangannya masing-masing. Pada masa-masa pacaran, bisa jadi masing-masing tidak saling terbuka sehingga hanya yang baik-baik saja dari pasangannya yang mereka ketahui. Tetapi waktu akan menyatakan siapa mereka yang sebenarnya. Memang tidak seharusnya kita menuntun kesempurnaan dari pasangan kita, karena tidak ada manusia yang sempurna. Dan hal ini harus dipahami oleh masing-masing pihak, baik suami maupun isteri.

Suami perlu merasakan kehadiran isteri ditengah-tengah keluarga, demikian pula sebaliknya kehadiran isteri, perlu di rasakan oleh suami. Mereka bukan sekedar ada, tetapi hadir dalam keluarga mereka.  

Apakah perbedan antara sekedar “ ada “ dengan “hadir”?
Seseorang dikatakan  ada, apabila ia hanya kehadirannya secafa fisik saja dalam satu kelompok atau komunitas. Sedangkan hadir, adalah apabila mereka memberikan hati, tenaga, perhatian dan pikirannya untuk orang-orang yang ada didalam kelompoknya.

Kesatuan roh perlu dibangun dengan selalu mengadakan doa bersama sehingga Tuhan hadir dalam rumah tangga yang mereka bina.  Sesibuk apapun, suami dan isteri harus memiliki jam-jam doa bersama, bahkan dengan anak-anak yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. Adakah Mezbah keluarga secara rutin sebagai sarana untuk menyatukan roh dan spiritual diantara sesama anggota keluarga.

Keegosian juga harus dibuang dengan menghilangkan prinsip bahwa semua yang mereka punya adalah milik bersama. Tidak ada lagi ini milik suami , dan ini milik isteri.  Ini juga adalah prinsip yang penting untuk membina kelanggengan keluarga. Seringkali banyak konflik terjadi karena masing ada yang berprinsip ini uang suami dan isteri tidak boleh campur tangan, demikian pula sebaliknya. Antara suami dan isteri perlu ada kesepakatan mengenai pengelolaan keuangan dalam rumah tangga.

Pernikahan adalah kematian dari kedagingan.

Selanjutnya yang harus disadari oleh masing-masing pihak, adalah kesungguhan untuk mematikan kedagingan. Firman Tuhan menyatakan,” Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan,  kenajisan,  hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala.” ( Kolose 3:5)
Memang tidak mudah untuk mematikan hal-hal diatas, tetapi dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan dimampukan untuk menjadi pelakua firman, dengan hidup kudus dan mematikan kedagingan.

Cara mengatasi  konfilik dalam rumah tangga

Mengapa ada keluarga-keluarga dan bahkan keluarga orang percaya yang mengalami kegagalan di tengah jalan? Jawabanya adalah karena masing-masing pihak tidak berusaha mematikan keegoisan dan kedagingan.

Alkitab memberikan petunjuk bagaimana menghadapi konflik dalam pernikahan.
    Memahami kebutuhan dasar pasaangan kita ( suami
    atau isteri kita).
    Bersedia mengakui kesalahan tanpa harus menyalahkan.
    Saling mengizinkan untuk berbicara secara bebas, dan mendengarkan dengan sikap yang terbuka tanpa membela diri.
    Usahakan secara teratur merencanakan waktu dan tempat bersama pasangan untuk membicarakan masalah berdua.
    Saling mengerti; jangan saling menghakimi
    Datanglah kepada Tuhan dan mintalah nasehat-Nya senantiasa.

Penutup

Selamat menempuh hidup baru, kami sampaikan kepada kedua mempelai yang sebentar akan diteguhkan dalam nikah yang kudus. Ingat sebentar kalian akan mengucapkan janji nikah, dan kemudian akan didoakan sehingga kalian resmi menjadi suami isteri yang sah. Apa yang sudah disatukan oleh Tuhan, tidak ada yang dapat menceraikan, kecuali kematian.

0 komentar:

Posting Komentar