Sabtu, 30 Juli 2016

KEMISKINAN

Ayat Pokok:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. Untuk membeitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
(Lukas 4:18-19)


Pendahuluan
Sebelum kita memahami bersama-sama ayat-ayat ini, maka kita perlu terlebih dahulu memahami apa arti kemiskinan. Ayat ini disampaikan oleh Tuhan Yesus ketika ada di sebuah tempat ibadah di Nasaret. Ayat ini merupakan kutipan dari   perkataan nabi Yesaya tentang kepedulian kepada kemiskinan. Keberpihakan Kristus kepada kemiskinan dan orang-orang miskn sangat jelas. Kristus tidak mengutuki kemiskinan sebagai sebuah dosa. Ini perlu untuk kita perhatikan. Apa kemiskinan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam ayat ini? Dengan kata lain, apa yang dimaksud dengan kemiskinan dalam Alkitab? Hal ini perlu kita pahami supaya kita tidak tendensius untuk menjatuhkan vonis kepada kemiskinan sehingga akhirnya membuat kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Paham dualistik tentang kemiskinan sangat terasa di dalam Alkitab. Dualistik adalah suatu pengaruh pemikiran yang sebetulnya sangat berkembang di Babel, yang sesudah pulang dari pembuangan  di Babel makin mempengaruhi pemikiran orang-orang Israel, sehingga sangat mempengaruhi Yudaistik. Pikiran dualistik ini adalah hanya untuk membuat semacam hitam putih, pro kontra sehingga dalam pemikiran-pemikiran dualistik ini, orang akan dicap berdasarkan keberadaanya. Orang miskin akan disebut mereka yang dikutuk Tuhan. Orang kaya akan disebut  mereka yang dicintai atau diberkati Tuhan. Orang sehat akan disebut orang yang diberkati Tuhan, maka orang yang sakit akan disebut orang yang dikutuk atau orang yang berdosa. Sehingga dosa akan identik mendatangkan kenegatifan: sakit, miskin, susah, masalah dan seterusnya. Sementara yang benar itu akan identik dengan kaya, sehat, senang dan seterusnya. Kalau kita melihat hal-hal seperti ini apakah pandangan dualistik ini dapat dibenarkan? Satu kali waktu dalam peristiwa Yohanes ada orang buta sejak lahir. Murid-murid pada waktu itu sangat terkejut lalu berkata " Guru dosa siapa, apakah dosa orang tuanya? Yesus menjawab ,"tidak". "Dosa  dia" juga bukan. Yesus menjawab bukan dosa orang tuanya dan juga bukan dosa orang ini, tetapi supaya nama Tuhan dipermuliakan. ( Baca Yohanes 9:3). Kalau nama Tuhan dipermuliakan, mengapa orang ini mesti buta? Kita tahu ceritanya bahwa kemudian orang itu disembuhkan dan orang ini mengalami kesukaan, lalu Tuhan mengatakan." dia buta, tetapi rohaninya tidak. Tapi kalian tidak buta, tapi rohani kalian sudah buta dan tidak bisa melihat kebenaran. Jadi ternyata orang itu buta sejak lahir bukan karena dosa. Terlalu banyak kisah-kisah dalam Alkitab dimana orang miskin justru memiliki nilai hidup yang tinggi. Tapi sebaliknya, justru orang-orang kaya, mengalami kesulitan yang berat, dan bahkan Yesus sendiri mengatakan, orang kaya susah masuk dalam kerajaa Sorga. Tapi Lazarus yang miskin masuk Sorga.

Jadi dualistik kita, kaya-miskin itu tidak idetik dengan berdosa atau tidak berdosa. Kaya-miskin, tidak identik dengan ke Sorga atau tidak. Oleh karena itu paham dualistik secara sempit ini perlu untuk diperbaiki. Supaya orang-orang Kristen tidak terjebak untuk melahirkan sebuah kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Orang Kristen mesti cermat mengamati segala sesuatu. Jangan mudah bicara. Khususnya bagi para pengkhotbah, hati-hatilah karena apa yang kita katakan akan didengar banyak orang. dan kadangkala jemaat kurang selektif lalu main amin,amin saja maka hancurlah semuanya. Oleh karena itu jemaat juga perlu selektif, setiap kali mendengar tentang suatu perkara dan harus mampu menyikapinya

Kemiskinan Menurut Alkitab.
Bagaimana kemiskinan menurut Alkitab itu ? Di dalam Alkitab kemikinan memiliki dua makna. Pertama. memang miskin secara jasmani, miskin material,dan yang kedua miskin secara rohani. Dan hal ini seringkai dipakai berganti-gantian tergantung konteksnya. Jadi kita mesti hati-hati mencermati ini, sedang dalam konteks apa dipakainya, rohani atau material. Kalau salah-salah, kita bisa repot. Contohnya seperti apa?Ketika kita memperhatikan kisah Lazarus dalam Lukas 16:19-31, disana diceritakan tentang Lazarus yang miskin. Miskinnya Lazarus sudah jelas, miskin material. Bajunya tidak layak, hidupnya morat-marit. Makan mesti mengambil sisa makanan orang. Lazarus hidup dalam kesulitan sehari-hari. Penderitaan demi penderitaan harus ia jalani. Ia tidak mampu untuk memeriksa kesehatannya. Ia tidak mampu untuk hidup bersih sehingga mengakibatkan ia nengalami sakit, dari ujungr rambut sampai ujung kaki dipenuhi dengan bisul-bisul dimana-mana. dan kemudian meninggal dunia. Namun yang menarik, setelah ia meninggal, dia ada di  Sorga bahkan dalam pangkuan Abraham. Jadi Lazarus memang miskin secara jasmani, tapi tidak miskin rohani. Buktinya ia masuk Sorag.

Yang kedua, dalam status religius, kita menyebutnya miskin rohani. Kalau kita membaca kitab Wahyu 3:14-22 , disana ceritakan tentang jemaat Laodikia yang  kaya, tinggal dikota yang kaya, dengan pakaian-pakaian dari wol yang mewah dan mahal. Namun Alkitab menyebutnya sebagai jemaat yang suam-suam kuku. Melayani Tuhan, tapi dengan kekuatan dirinya. Melayani Tuhan tapi dengan kekuatan uangnya. Mereka menyebut Tuhan, tapi sesungguhnya mereka tidak begantung kepada Tuhan tetapi bergantung kepada kemampuan materi yang mereka miliki. Mereka tidak miskin secara material. Tetapi Tuhan menyebut mereka miskin, melarat, telanjang dan seterusnya. Mengapa? jawabnya sederhana. Karena Tuhan sedang berbicara tentang hal-hal yang rohani terhadap mereka. Mereka itu hanya kaya secara material, tetapi sesungguhnya mereka miskin secara rohani. Mereka tidak mempunyai keimanan yang layak. Mereka disindir dengan tajam oleh Tuhan Yesus, sebagai kepala gereja. Tuhan Yesus berkata ,"Kamu suam-suam kuku". Hanya mampu mengandalkan keuangan dan materi, tetapi tidak didalam keimanannya. Mereka mengadakan konser-konser mahalnya, yang mereka sebut sebagai konser rohani, tetapi sesungguhnya cinta kasih tidak hidup dibatin mereka. Mereka suam-suam kuku. Mereka hanya mampu menyerahkan dirinya dengan keagamaan, tetapi tidak menjadi kesenangan bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Maka kita melihat sistem rohani seperti ini, nyata didalam Alkitab.

0 komentar:

Posting Komentar