Ayat Pokok:
"Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segalam akhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.Dan Allah berfirman: ”Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya:”
(Kejadian 10:10)
Pendahuluan
Dalam pasal-pasal sebelumnya, kita membaca bagaimana Tuhan kemudian menghukum dunia dengan air bah, akibat dosa yang mereka perbuat. Hanya Nuh dan keluarga yang selamat, sebagai buah ketaatan mereka kepada kehendak Tuhan. Pasal 10 ini memberikan gambaran tentang kehidupan setelah air bah: bumi yang baru, pengharapan baru.
Setelah air bah, dunia dimulai kembali dari Nuh dan anak-anaknya.
Tetapi ternyata, kehidupan manusia setelah air bah, tetap tidak berubah. Mereka kembali dalam kehidupan dosa.
Di antara keturunan mereka muncul seorang bernama Nimrod, yang mendirikan kerajaan pertama di tanah Sinear. Tapi apakah kerajaan ini dibangun atas dasar takut akan Tuhan? Atau ada motivasi tersembunyi di balik pembangunan ini?
Ilustrasi:
Seperti seorang arsitek yang membangun rumah megah tapi tidak memperhitungkan pondasi, ketika badai datang, rumah itu roboh. Demikian juga hidup kita—jika dibangun di atas nama sendiri, suatu saat akan runtuh. Tetapi jika dibangun atas dasar kehendak Tuhan, ia akan bertahan untuk selamanya.
Pokok-pokok khotbah
1. Keinginan manusia untuk membangun nama sendiri
Nimrod dikenal sebagai pemburu yang gagah, tapi ia juga haus akan kekuasaan.
Kerajaan Babel nantinya dikenal bukan karena kemuliaan Allah, tetapi karena kesombongan manusia (Kejadian 11:4).
Peringatan bagi kita:
Apakah kita membangun pelayanan, keluarga, atau karier demi nama sendiri?
2. Bahaya kerajaan tanpa kedaulatan Tuhan
Babel, Akad, dan Erekh menjadi simbol kekuasaan manusia yang memberontak kepada Tuhan.
Babel menjadi tempat pembangunan menara untuk mencapai langit—simbol ambisi dan pemberontakan rohani.
Hidup tanpa kendali Tuhan, meskipun nampak sukses, berakhir dalam kehancuran (Mazmur 127:1).
3. Tuhan tidak berkenan dengan kerajaan yang bertentangan dengan rencana-Nya.
Tuhan mengacaukan bahasa di Babel dan mencerai-beraikan mereka (Kejadian 11:8).
Ini menegaskan bahwa rencana manusia tanpa Tuhan akan gagal.
Tuhan ingin kita membangun kerajaan-Nya, bukan kerajaan kita sendiri (Matius 6:33).
Penutup
Dalam hidup ini kita semua sedang “membangun” sesuatu:
rumah tangga, karier, pelayanan. Mari pastikan fondasinya adalah
Tuhan. Jangan terjebak dalam ambisi pribadi seperti Nimrod.
Jadilah pembangun
kerajaan Allah, bukan kerajaan ego pribadi.
0 komentar:
Posting Komentar