Ada sepasang suami istri yang usia pernikahannya sudah mencapai 50 tahun. Mereka kemudian merencanakan untuk membuat pesta peringatan 50 tahun pernikahan. Semua acara sudah dipersiapkan termasuk makanan yang mereka pesan dari perusahaaan katering. Selesai acara dan tiba acara makan-makan pembawa acara kemudian memberikan pengantar.." Bapak, sebagai ucapan terimakasih, kita memberikan kesempatan kepada Bapak untuk mengambilkan makanan yang selama ini Bapak tahu itulah makanan kesukaan Bapak."
Dengan mantap dan tanpa ragu, si Bapak itu kemudian mengambilkan ikan goreng yang ada di depannya. Ia memotong menjadi tiga bagian, kepala, badan, dan ekor. Lalu ia mengambil kepala dan ekor ikan bakar tersebut dan memberikannya kepada istrinya." Maka tepuk tangan yang gemuruh memenui ruangan itu."
Namun ditengah suasana tepuk tangan yang meriah itu, sang istri justru diam terpaku bahkan air matanya mulai bercucuran. Pembawa acara dengan perasaan heran mulai berkata," Ibu mengapa jsutru Ibu menangis? Bapak sudah memberikan makanan kesukaan Ibu, tetapi Ibu jsutru menangis? Apakah ini tangisan kebahagiaan?
Dengan terisak-isak si istri menjawab," Bapak, selama ini saya sudah selalu mengalah. Setiap kali saya masak ikan goreng, saya selalu mengambil kepala dan ekornya, sebetulnya bukan karena saya menyukai nya tetapi karena saya mengalah dan biar Bapak yang menikmati badan ikan yang penuh dengan daging. Sementara saya hanya mengambil kepala dan terkadang ekornya. Saya berharap di hari istimewa ini, saya akan mendapatkan badan ikan yang penuh dengan daging dan bukan kepala yang selama ini saya terima. Tetapi ternyata hari inipun saya harus ikhlas untuk hanya menikmati ekor dan kepala ikan."
Ternyata, selama ini sang istri hanya ingin berkorban untuk suami sehingga harus rela menyerahkan yang terbaik untuk sang suami. Ternyata sang suami selama ini tidak menyadari bahwa karena cintanya kepadanya, si istri sudah berkorban sekian lama untuk tidak menikmati apa yang selama ini ia sukai.
Dari ilustrasi ini kita diingatkan pentingnya saling memahami, pentingnya pengorban demi keutuhan sebuah keluarga. Juga pentingnya keterbukaan dalam komunikasi sebuah keluarga. Dan hal ini perlu terus dikembangkan dalam kehidupan keluarga,tidak peduli berapa lama sudah usia pernikahan kita.
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."
(1 Korintus 13:4-18)