Ayat Pokok:
Lukas 9:23; Filipi 1:9
Pendahuluan
Salah satu tujuan Tuhan memanggil; kita adalah menjadikan kita sebagai murid-murid-Nya
Secara umum murid berarti orang yang mau belajar dan menimba berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Apabila orang tua menyekolahkan anaknya dalam pembelajaran atau pendidikan yang berkualitas, tentu bukan bertujuan untuk menyombongkan kemampuan materi atau kehebatan anaknya, tapi bertujuan mencerdaskan anaknya dan meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.
Dalam pengertian Alkitab murid tidak hanya berarti orang yang belajar, tapi juga menjadi pengikut yang mengabdikan diri pada guru/pembimbingnya. Dalam Perjanjian Lama kita dapat melihat contoh pemuridan, seperti: Yosua menjadi pengikut dan penerus Musa, Elisa menjadi pengikut dan penerus Elia, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Perjanjian Baru: Yohanes dengan murid-muridnya, Yesus Kristus dengan ke-12 murid-Nya, serta Paulus dengan Timotius, Titus, dan lain sebagainya. Dengan demikian pengertian murid Kristus adalah orang-orang percaya yang mau belajar tentang segala ajaran Kristus dan mengabdikan dirinya hidup mengikuti Kristus.
Namun tidak semua orang percaya bersedia menjadi murid Kristus. Mengapa? Karena mereka enggan untuk mempelajari dan melaksanakan setiap ajaran Kristus dalam hidup mereka. Bila kita telah mengaku diri sebagai murid Kristus, apakah kita sudah benar-benar mempelajari dan melaksanakan ajaran Kristus dalam hidup kita sehari-hari? Kiranya pertanyaan ini menjadi intropeksi diri kita masing-masing. Lalu pertanyaan selanjutnya muncul: Apakah tujuan kita belajar menjadi murid Kristus? Dan bagaimana menjadi murid Kristus? Mari kita renungkan bersama
3 Langkah menjadi murid Kristus
Lukas 9:23 menjelaskan 3 langkah kepada kita, yaitu: “menyangkal diri”, “memikul salib” dan “mengikut Kristus”.
a. Menyangkal diri
Menyangkal diri artinya, kita mau melepaskan atau tidak mempergunakan hak kita karena kita memilih untuk mengedepankan Kehendak Tuhan.
Menyangkal diri adalah tidak menempatkan diri sebagai pusat hidupnya, tapi menempatkan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidupnya. Orang yang menyangkal diri memahami hidup sebagai kasih karunia Kristus yang patut disyukuri dan dijalani dengan penuh tanggung jawab di hadapan-Nya. Orang yang menyangkal diri akan berkata: “Bukan kehendakku, ya Bapa, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” Contoh penyangkalan diri dapat kita lihat dari hidup rasul Paulus, yang dalam surat-suratnya menyatakan bahwa apa yang dia pikirkan, apa yang dia lakukan, semata-mata bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan. Dalam Roma 14:8, Paulus berkata:” Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup dan mati, kita adalah milik Tuhan.”
Apabila kita senantiasa belajar menyangkal diri, kita akan dapat menjadi murid Kristus yang menempatkan kehendak Kristus sebagai dasar dan pedoman setiap rencana dan langkah hidup kita. Orang yang dapat menyangkal diri juga tidak menganggap diri dan kepentingannya sebagai yang utama, tetapi ia dapat bersikap rendah hati dan memperhatikan kepentingan orang lain. Ini yang dimaksudkan Paulus dalam Filipi 2:3. Dengan demikian sebagai murid Kristus, kita tidak hanya menempatkan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidupnya, tapi juga senantiasa rendah hati dan peduli pada kepentingan orang lain. Inilah eksistensi dan makna hidup seorang murid Kristus di tengah kehidupan ini
b. Memikul salib
Langkah berikutnya menjadi murid Kristus adalah bersedia memikul salib. Pada masa Yesus, salib merupakan hukuman yang paling hina dan menderita diberikan pengadilan Romawi kepada orang yang terbukti melakukan pelanggaran dan dosa besar. Sebenarnya Yesus tidak pernah melakukan pelanggaran dan dosa apa pun, tetapi Ia memberi diri disalibkan untuk menggenapi misi Allah menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Karena itu makna salib adalah ketaatan Kristus pada Allah dan wujud nyata kasih-Nya pada umat manusia. Hal ini ditegaskan Paulus dalam Filipi 2:6-8: “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Seorang teolog Jepang, Kosuke Koyama pernah bertanya: “Kenapa orang Kristen harus memikul salib? Mengapa lambang orang Kristen adalah salib? Mengapa bukan rantang yang berisi makanan bergizi dan memiliki gagang sehingga mudah menentengnya?” Pertanyaan Kosuke Koyama ini membantu kita memahami salib bukan sebagai hal yang menyenangkan atau membanggakan, tetapi salib adalah harga yang harus kita bayar sebagai murid Kristus. Setiap orang pada dasarnya memiliki salibnya masing-masing, yang harus dipikul dengan sabar dan taat kepada Kristus. Dalam memikul salib sebenarnya kita tidak perlu menggembar-gemborkan kesulitan yang kita alami, tetapi justru kita perlu belajar tetap bersukacita dalam Kristus (1 Petrus 4:12-14).
Memikul salib artinya, mulai mengambil atau menanggung satu beban yang tidak enak arena kita melepaskan hak kita. Filipi 3:7-8
c. Mengikut Kristus
Mengikut Yesus artinya, kita mulai bertindak dan mengiringi Yesus sesuai dengan kehendakNya, Seperti yang dilakukan Matius si Pemukut Cukai. Matius 9:9
Mengikut Kristus artinya setia mengikuti Kristus dan taat melaksanakan segala firman-Nya. Ketika Yesus mengajak murid-murid yang pertama (Simon Petrus, Andreas, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes) untuk menjadi murid Kristus, mereka meninggalkan jala, perahu, dan ayah mereka, dan mengikut Yesus (Matius 4:18-22). Dari peristiwa ini kita belajar komitmen mengikuti panggilan Kristus, dan taat melaksanakan segala firman-Nya dalam hidup kita.
Ketika berada di antara kerumunan orang-orang, seorang ahli Taurat berkata kepada Yesus: “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus menjawab: ”Serigala mempunyai liang dan burung memiliki sarang, tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Matius 8:19-20). Jawaban Yesus ini menjadi suatu pernyataan bahwa sebenarnya Yesus tidak mendapat tempat di hati orang Farisi itu. Walaupun dia berkata akan mengikut Yesus, tetapi Yesus tahu keberatan hatinya. Mengapa? Karena ia adalah seorang Farisi yang sulit meninggalkan segala reputasi dan otoritasnya yang besar dalam sistem agama Yahudi. Saat ini pergumulan seperti orang Farisi itu cenderung dialami orang Kristen.
Mengikut Kristus adalah mengutamakan Kristus di atas segalanya, bukan menempatkan Kristus di bawah kepentingan yang lain. Bila kita mau mengikut Kristus, kita perlu taat melaksanakan ajaran Kristus dan mempersaksikan kebenaran Kristus kepada sesama melalui setiap perkataan, sikap dan perbuatan kita sehari-hari. Hal utama yang perlu kita laksanakan sebagai murid Kristus adalah meneladani gaya hidup Kristus untuk hidup saling mengasihi dengan sesama (Yoh. 13:34-35). Dengan kita hidup saling mengasihi, kita turut mewujudnyatakan misi Kristus dalam menghadirkan kasih dan damai sejahtera bagi dunia.
Penutup
Tuhan merindukan kita menjadi murid-murid Krstus yang sejati. Menjadi murid Kristus adalah suatu pembelajaran kita untuk terus mengenal Kristus, memberi diri dituntun oleh Roh Kudus, serta taat melaksanakan setiap ajaran-Nya.
Lukas 9:23 menjelaskan secara sederhana bagaimana kita dapat terus diproses dan diperlengkapi menjadi murid Kristus, yaitu :(menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus) Bila kita senantiasa berusaha menjadi murid Kristus, maka sebenarnya kita turut mewujudkan kehendak Allah agar kita hidup serupa dengan Kristus (Roma 8:29).
Semoga Kristus senantiasa menyertai langkah hidup kita.
LINK INFORMASI PENTING
29 BAHAN KHOTBAH KEDUKAAN DAN PENGHIBURAN
29 BAHAN KHOTBAH UCAPAN SYUKUR
0 komentar:
Posting Komentar